Minggu, 12 Juni 2011

Menentang Kapitalisme

Keren  tuh para cewek2, karena tidak mau termakan iklan yang mengatakan, mereka yang putih itu adalah yang cantik, terus menjemur dirinya biar lebih gelap warna kulitnya. Mau dibilang pinter ya nggak  tega, dibilang lawannya pintar juga entar bikin sedih.
Mentang- mentang ada iklan yang ngatain perempuan itu mesti harum, terus merasa itu sebuah kapitalisme lalu membiarkan dirinya tidak menggunakan pengharum. Wah, sebuah penyiksaan bagi yang berhak dong. Justru kamu harus harum wangi jika tampil untuk suamimu nanti. Bukannya seperti kisah- kisah ibu- ibu rumah tangga yang malah bikin suaminya illfeel ngeliat  dan danannya dan baunya didalam rumah. Baunya kalah jauh dibandingkan dia saat mau hadir kondangan.
Ada lagi yang mengatakan perempuan yang langsing adalah perempuan yang paling asoy tampilannya, dan semua ukuran baju sengaja dibuat dengan ukuran mereka sehingga diluar ukuran itu mereka akan malu untuk menyebut ukurannya. Sehingga banyaklah perempuan yang memaksakan dirinya untuk menggunakan ukuran yang sebenarnya bukan untuk ukuran tubuhnya.
Lalu membiarkan diri tidak terurus? Atau sengaja melawan iklan dengan tidak memperhatikan diri? Bukan itu kawan yang namanya melawan. Mungkin itu juga bagian dari perlawanan, tapi perlawanan yang tanpa kecerdasan.
Untuk melawan sesuatu, kamu harus paham dulu sesuatu yang kamu lawan itu. Begitu juga yang dilakukan para orientalis dalam melawan Islam.
Mempelajari untuk meruntuhkan iklan dan sebagainya itu, hanyalah produk pelurusan dari sebuah isme yang melekat pada kata capital, alias modal. Dan tidak semua modal, capital , lantas menjadi kapitalisme. Kalau semua capital adalah kapitalisme berarti kita tidak boleh punya modal dong!!!
 (chio. Jangan sadarin jilbaber.Anomali-buku unik-.2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar