Selasa, 10 Mei 2011

Pemahaman Mempengaruhi Kepribadian Seseorang

Manusia melaksanakan perbuatannya untuk memenuhi naluri- naluri serta kebutuhan jasmaninya. Kumpulan perbuatan- perbuatan tersebut adalah tingkah laku manusia. Tingkah laku ini bergantung pada pemahaman- pemahaman (mafahim) manusia tentang segala sesuatu , aktivitas dan kehidupan. Tingkah lakulah yang menunjukkan kepribadian manusia, sedangkan tampan, postur tubuh, warna kulit atau jenis kelamin itu tidak menentukan kepribadian.
Kepribadian adalah metode berpikir manusia terhadap realita. Kepribadian juga merupakan kecenderungan- kecenderungan manusia terhadap realita.

Dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia manusia adalah pola pikir dan pola jiwanya.
Pola pikir adalah metode seseorang memahami sesuatu atau memikirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu didasarkan pada asas tertentu. Atau metode dimana manusia mengikat realita dengan informasi- informasi, yaitu dengan menstandarkan informasi- informasi itu kepada satu kaidah atau kaidah- kaidah tertentu.
Kaidah mendasar yang manusia menjadikannya menjadi standar untuk menghukumi terhadap realita adalah yang membatasi jenis pola pikir. Maka manusia yang berpikir tentang realita dari sudut pandang Islam, ia memiliki pola pikir Islam. Manusia yang memahami realita dari sudut pandang komunis. Dan manusia yang memahami realita dari sudut pandang kaidah yang tidak memiliki asas maka pola pikirnya tidak khas.
Pola jiwa adalah metode manusia dalam mengikat dorong- dorongan pemenuhan dengan pemahaman- pemahaman. Pemahaman ini dikembalikan kepada pemikiran khas yang memancar dari sudut pandang yang khas atau yang tidak khas tentang kehidupan.
Apabila pemahaman- pemahaman itu memancarkan dari akidah Islamiyah , maka pola jiwa itu pola jiwa Islam. Apabila pemahaman- pemahaman itu memancar dari akidah komunikasi atau kapitalis, maka pola jiwa itu pola jiwa komunis atau pola jiwa kapitalis. Dan apabila pemahaman- pemahaman itu memancarkan dari bermacam- macam kaidah, maka pola jiwa itu pola jiwa yang kacau.
Pola jiwa adalah sesuatu yang menjadikan manusia terdorong melaksanakan aktivitas atau berpaling dari pelaksanaan aktivitas, maka pola jiwa adalah sesuatu yang menjadi pemutus bagi dorongan- dorongan naluri- naluri dan kebutuhan- kebutuhan jasmani.
Sesungguhnya perkara alami pada diri manusia adalah memikirkan segala sesuatu dan perbuatan kemudian ia menghukumi semuanya dengan menstandarkan kepada kaidah tertentu, seperti aqidah yang ia peluk. Dan dari berpikir itu manusia menghasilkan pemahaman yakni pemikiran- pemikirannya memiliki penunjukan- penunjukan tersebut terjadi melalui indra atau tergambar oleh benak, dan benak menetapkan penunjukan- penunjukannya seperti realita yang terindera. Kemudian pemahaman ini mempengaruhi pada dorongan- dorongan pemenuhan serta menundukkannya. Lalu manusia ini memiliki kecenderungan untuk memenuhinya sebagai hasil dari mengikat pemahaman dengan dorongan – dorongan. Ketika itu terjadilah pengikatan antara pola pikir manusia dan pola jiwanya. Karena pemahamannya yang terbentuk melalui pemikiran tentang realita (yaitu pola pikirnya) menjadi hukum pada kecenderungannya sebagai hasil dari mengikat pemahaman dengan dorongan- dorongan (pola jiwanya).
Pengikatan antara pola pikir dan pola jiwa ini tampak jelas pada kepribadian yang khas. Kepribadian yang khas ialah kepribadian dimana pola pikir dan pola jiwa pemiliknya terdiri dari satu jenis. Lalu kecenderungannya tunduk kepada pemahamannya, maksudnya pola jiwanya tunduk kepada pola pikirnya. Ia cenderung pada segala sesuatu dan perbuatan sesuai dngan pemahaman- pemahamannya dalam memenuhi naluri- naluri dan kebutuhan jasmaninya dengan menstandarkan pada standar pemikiran dasar.
Sedangkan kepribadian tidak khas adalah pola pikirnya berbeda dengan pola- pola jiwanya. Kepribadian tidak khas ini tumbuh pada seseorang ketika standar yang membangun pemikirannya berbeda dengan standar yang membangun kecenderungannya. Lalu manusia menghukumi segala sesuatu dan aktivitas perbuatan dianalogkan dengan standar yang dipergunakan untuk memahami realitas. Akan tetapi ketika ia terdorong untuk memenuhi naluri-naluri dan kebutuhan jasmaninya dengan pemahaman yang diambilnya dari standar yang dipergunakannya untuk mengikat pemahaman dengan dorongan- dorongan yaitu pola jiwanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar