Sejarah panjang kehidupan manusia telah membuktikan betapa besar pengaruh yang telah ditebarkan perempuan. Kita pasti ingat kisah cinta Laila Majnun dari tanah Arab. Singkat cerita : mengisahkan seorang pemuda Qais, anak kepala suku Bani Amir di Arabian utara, sangat berduka bahkan sampai gila (majnun) karena rasa cintanya yang sangat mendalam pada Laila, tiba- tiba direnggut oleh orang tuanya. Laila dijodohkan dengan lelaki lain, Laila pun menderita karena pemuda tersebut tidak ia cintai, karena penderitaan akhirnya meninggal dunia. Sedangkan Qais sepeninggal kekasihnya sering menziarahi makamnya dan akhirnya ia pun meninggal dengan memeluk batu nisan Laila.
Ulasan singkat tentang kisah tersebut telah memberikan gambaran kepada kita betapa posisi perempuan harus diperhitungkan , karena keberadaannya sangat mempengaruhi orang- orang disekelilingnya. Itulah perempuan sosok lemah lembut yang dapat menggemparkan bahkan menghancurkan dunia atau justru indah dan baiknya dunia. Namun seperti apakah sebenarnya sosok perempuan ideal yang layak untuk diteladani, seperti Laila kah ? Shinta kah? Atau sosok para Ummul Mukminin ?
Perempuan dulu, dipermainkan (zaman jahiliyah)
Kedudukan perempuan sebelum Islam datang sangat tidak manusiawi, mereka dipandang sebagai permainan belaka, apabila hatinya telah puas mempermainkannya maka ia akan memperlakukannya mereka sekehendak hatinya. Ibarat sebuah pepatah habis manis sepah dibuang, bahkan ada yang sampai menganggapnya tidak lebih seperti barang dagangan yang dapat diperjual belikan, bagaikan narta waris yang keberadaannya dapat diwariskan atau dijadikan barang peninggalan bagi anak laki- lakinya dan yang lebih parah lagi perempuan tidak ada bedanya dengan binatang.
Begitu juga dengan bayi- bayi perempuan yang tidak berdosa harus jadi korban kejahilian mereka, seakan- akan memiliki bayi perempuan merupakan aib bagi mereka. Sehingga mereka harus menguburnya hidup- hidup.
Zaman jahiliah tidak hanya ditanah Arab saja tapi di seluruh alam. Perlakuan terhadap perempuan yang tidak selayaknya (dipermainkan) kerap terjadi sepanjang zaman pra Islam baik di Arab maupun non Arab.
Namun setelah Islam datang, perempuan sangat dihormati dan dihargai kedudukannya, tidak dihinakan ataupun disamakan dengan laki- laki, perempuan mempunyai tempat tersendiri yang bereda dengan laki- laki, begitulah perempuan jaman Nabi SAW. Ajaran Islam yang telah ditawarkan Rosulullah SAW, merupakan sebuah ajaran paripurna, yang menempatkan kaum perempuan pada tempat yang mulia dan agama ini telah menyapa perempuan dengan kelembutan. Sebuah kelembutan yang tidak akan ditawarkan oleh zaman apapun dan dalam sebuah agama dan kebudayaan apapun.
Perempuan kini, ingin dipermainkan.
Namun kini melihat fenomena perempuan kembali lagi pada zaman jahiliah, bahkan dapat dikatakan lebih jahiliah tempo dulu. Karena jahiliah tempo dulu perempuan dijadikan alat permainan dengan dipaksa, misalnya: perempuan dipaksa menari dihadapan laki- laki, dijadikan pelacur juga dengan tekanan dan paksaan. Namun pada zaman jahiliah modern sekarang ini, justru perempuan- perempuanlah yang ingin dipermainkan. Mereka mendaftarkan dirinya dengan kesadaran penuh, misal : mereka dengan rela mau melacurkan diri, menjadi bintang- bintang porno dll.
Perempuan saat ini kehilangan identitasnya , baik sebagai gadis (pribadi), sebagai istri, sebagai ratu (ibu) dalam rumah tangganya sendiri. Kini perempuan hidup ditengah- tengah permasalahan yang cukup pelik. Perempuan selalu menuntut sesuatu hal yang tidak seharusnya, ia hidup dalam keruwetan hidup yang tanpa ia sadari, bahwa pemicunya adalah dirinya sendiri dan tentu korbannya juga dirinya sendiri. Sifat perempuan saat ini juga cenderung ingin hidup enak tanpa harus bekerja keras sehingga tak jarang perempuan menjatuhkan dirinya dalam jurang kenistaan, materialistis(mengukur segala sesuatu dengan uang) padahal tidak semua sesuatu dapat diukur dengan uang .
Fenomena lain yang berkembang saat ini khususnya dikota besar, keengganan perempuan untuk menikah mereka beralasan cukup klise, ndak masuk akal bahkan seharusnya alasan itu ndak pernah terlintas dalam benaknya jika ia benar- bnar mengerti hakikat pernikahan. Mereka enggan menikah karena takut dikuasai oleh laki- laki, mereka merasa kuat dibandingkan dengan laki- laki dll.
Hal ini terjadi karena mereka tidak faham nilai dan potensi dirinya yang luar biasa. Terlebih mereka menghendaki sesuatu yang bersifat instan.
Pesona Aura Kecantikan Perempuan
Cantik merupakan bagian dari keindahan yang tentunya sangat diidam- idamkan oleh setiap manusia. Kecenderungan manusia menyukai sesuatu yang indah merupakan fitroh manusia. Bahkan ada sebuah hadits dijelaskan bahwa Allah SWT indah dan menyukai keindahan. Oleh karena itu kita harus mengakui dan menyadari bahwa keindahan atau kecantikan yang dimiliki setiap manusia merupakan bukti Kemahasempurnaan Allah SWT dalam menciptakan makhlukNya.
- Kecantikan umum , yaitu cantik yang ada diluar , bersifat fisik,kulit, yang nampak dipermukaan. Dampak kecantikan ini akan mampu memperbudak pemiliknya, bahkan mempertuhankannya. Kecantikan ini juga selalu diandalkan untuk meraih uang, meraih kepandaian, untuk menaikkan karier dll. Perempuan harus menyadari bahwa setiap anggota tubuhnya adalah perhiasan- perhiasan yang berharga.
- Kecantikan pribadi(aura), yaitu pancaran power dari dalam yang mampu mengantar pemiliknya menjadi manusia yang dewasa penuh ketenangan serta kepandaian maksimal. Perempuan semacam ini mempunyai kepribadian yang mampu diadalkan menjadi calon istri dan ibu. Namun sayang, pada umumnya perempuan membatasi ‘cantik’ hanya pada sesuatu yang tampak oleh kasat mata (cantik umum), atau sesuatu yang bersifat lahiriyah saja, sehingga kata cantik mengalami penyempitan makna. Tak sedikit orang yang terlena akan kecantikan fisik , sehingga kecantikan pribadi sering kali terabaikan. Padahal kecantikan pribadi ndak kalah penting bahkan lebih penting dari kecntikan fisik.
- Kecantikan seutuhnya.
Manusia sering terjebak dengan apa yang dipermukaan, hanya tertarik apa yang ada diluar padahal itu menyilaukan, bukan makna sesungguhnya kecantikan yang diinginkan Sang Pencipta, yaitu manusia sebagai makhluk yang baik dan sempurna. Untuk itu perempuan Islam, nilai kecantika n fisiknya juga harus cantik sebagaimana pancaran aura dari dalam yang telah dipoles dengan nilai keimanan dan keislamannya.
Kecantikan lebih yang dimiliki perempuan dibandingkan laki- laki, merupakan bentuk kecantikan yang disesuaikn dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri yang harus mengandung, melahirkan, mendidik, dan membesarkan anak- anaknya dengan kelembutan dan kesabaran.
Kedua kecantikan perempuan, merupakan modal yang hanya diberikan kepada perempuan sebagai makhluk multiguna.
Perempuan harus belajar dari kedua potensi kecantikannya sebagai kekuatan, kedua kecantikan ini harus dijadikan modal dasarkesutradaraan dirinya sebagai makhluk yang tidak dapat diabaikan peranannya dalam kehidupan. Perempuan harus memenangkan dan memunculkan aura positifnya dari pada aura negatifnya.
Karim, Abdul Nafsin. Perempuan Sutradara Kehidupan. Surabaya: CV.Cakrawala. 2005

Tidak ada komentar:
Posting Komentar